Rabies pada Anjing: Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya

Rabies merupakan salah satu penyakit menular paling berbahaya yang dapat menyerang hewan, termasuk anjing, dan bahkan bisa menular ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat, mengakibatkan gangguan perilaku, kelumpuhan, hingga kematian. Karena sifatnya yang mematikan, pemahaman mengenai rabies anjing menjadi sangat penting, baik bagi pemilik hewan peliharaan maupun masyarakat luas.

Di Indonesia sendiri, rabies termasuk penyakit zoonosis yang masih menjadi masalah serius di beberapa daerah. Meskipun upaya vaksinasi dan pengendalian sudah dilakukan, kasus rabies tetap muncul setiap tahunnya. Oleh karena itu, pemilik anjing perlu mengenali gejala, penyebab, serta langkah pencegahan agar dapat melindungi hewan peliharaan sekaligus mencegah penularan pada manusia.

Apa Itu Rabies pada Anjing?

Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Rhabdoviridae. Virus ini menyerang sistem saraf pusat, terutama otak dan sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan perubahan perilaku pada hewan yang terinfeksi. Penularan utamanya terjadi melalui gigitan hewan yang sudah terinfeksi, karena air liur hewan tersebut mengandung virus rabies dalam jumlah tinggi.

Pada anjing, rabies bisa berkembang sangat cepat. Setelah virus masuk ke dalam tubuh, masa inkubasi bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada lokasi gigitan dan daya tahan tubuh hewan. Semakin dekat luka gigitan dengan otak, semakin cepat pula virus menyebar dan menimbulkan gejala.

Gejala Rabies pada Anjing

Gejala rabies anjing terbagi ke dalam beberapa tahap yang bisa diamati oleh pemilik, yaitu:

  1. Tahap Prodromal (Awal)

Tahap ini berlangsung sekitar 2–3 hari. Gejalanya masih samar, namun penting diperhatikan:

  • Perubahan perilaku, anjing yang biasanya jinak bisa menjadi agresif, atau sebaliknya.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Demam ringan.
  • Sering menjilat atau menggigiti bekas luka gigitan.
  1. Tahap Excitative (Agresif)

Pada tahap ini, virus sudah menyerang sistem saraf pusat dan perilaku anjing berubah drastis. Tanda-tandanya antara lain:

  • Menjadi sangat agresif dan mudah menyerang.
  • Sensitif terhadap cahaya dan suara.
  • Menggonggong terus-menerus dengan suara berbeda dari biasanya.
  • Mengeluarkan air liur berlebihan (hipersalivasi).
  1. Tahap Paralitik (Kelumpuhan)

Tahap terakhir rabies ditandai dengan kelemahan otot dan kelumpuhan, yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Gejalanya meliputi:

  • Rahang bawah lemas sehingga mulut terbuka dan lidah terjulur.
  • Sulit menelan, seolah-olah tersedak.
  • Kelemahan pada kaki belakang.
  • Lumpuh total sebelum akhirnya mati.

Penyebab Rabies pada Anjing

Penyebab utama rabies adalah virus rabies yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan hewan terinfeksi. Selain gigitan, virus juga bisa menular melalui:

  • Cakaran yang mengenai kulit terbuka.
  • Air liur yang masuk ke luka terbuka.
  • Kontaminasi pada selaput lendir, seperti mata atau mulut.

Hewan penular rabies selain anjing antara lain kucing, kelelawar, rakun, dan serigala. Namun di Indonesia, anjing masih menjadi hewan dengan risiko penularan terbesar.

Bahaya Rabies pada Anjing bagi Manusia

Rabies tidak hanya berbahaya bagi anjing, tetapi juga sangat berisiko bagi manusia. Gigitan anjing yang terinfeksi bisa menyebabkan penularan langsung. Jika tidak segera ditangani, rabies pada manusia juga hampir selalu berakibat fatal setelah gejala muncul. Oleh karena itu, mengenali gejala rabies pada anjing sama artinya dengan melindungi diri dan keluarga dari ancaman penyakit ini.

Cara Mencegah Rabies pada Anjing

Mencegah rabies jauh lebih mudah dibandingkan mengobati. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan pemilik hewan peliharaan:

  1. Vaksinasi Rutin

Memberikan vaksin rabies pada anjing adalah langkah utama pencegahan. Vaksinasi pertama biasanya diberikan saat anjing berusia 3–4 bulan, lalu diulang setiap tahun.

  1. Batasi Kontak dengan Hewan Liar

Jangan biarkan anjing berkeliaran bebas tanpa pengawasan, terutama di daerah yang masih endemik rabies.

  1. Jaga Kesehatan Anjing

Anjing dengan kondisi tubuh sehat akan lebih kuat melawan infeksi. Berikan makanan bergizi, olahraga teratur, dan perawatan kesehatan rutin.

  1. Perhatikan Luka Gigitan

Jika anjing tergigit hewan lain, segera bersihkan luka dengan sabun dan air mengalir, lalu bawa ke dokter hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

  1. Edukasi Masyarakat

Sebagai pemilik hewan, penting juga memberikan edukasi kepada lingkungan sekitar tentang bahaya rabies dan pentingnya vaksinasi hewan.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anjing Diduga Terinfeksi Rabies?

Jika anjing menunjukkan gejala rabies, berikut langkah yang harus diambil:

  • Isolasi anjing dari manusia dan hewan lain.
  • Gunakan alat pelindung (sarung tangan, masker) jika harus berinteraksi.
  • Segera hubungi dokter hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  • Jika ada kasus gigitan, cuci luka selama 15 menit dengan sabun dan air mengalir, kemudian segera periksa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).

Rabies merupakan penyakit mematikan yang bisa menyerang anjing dan menular ke manusia. Mengenali gejala, memahami penyebab, serta melakukan pencegahan adalah langkah terbaik untuk melindungi hewan peliharaan dan keluarga. Vaksinasi rutin, menjaga anjing tetap sehat, serta menghindari kontak dengan hewan liar adalah kunci utama mencegah rabies anjing.

Sebagai pemilik, kita memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan anjing peliharaan sehat dan aman. Dengan kewaspadaan dan perawatan yang tepat, rabies dapat dicegah sehingga hewan kesayangan tetap menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga tanpa membahayakan kesehatan.